Minggu, 11 Desember 2011

Meteorit 25 Ton Ditemukan di China

Meteorit berukuran besar ditemukan di daerah pegunungan sebelah barat laut China. Batu dengan berat sekitar 25 ton itu diperkirakan salah satu dari meteorit terbesar yang pernah ada.

Terjemahan: Large-sized meteorite found in the mountainous area northwest of China. Stone weighing about 25 tons was estimated to one of thelargest meteorite ever.
Batu yang ditemukan di Pegunungan Altai, Provinsi Xinjiang, itu merupakan meteorit yang memiliki kandungan nikel yang banyak (dikenal dengan istilah meteorit besi).

"Barangkali meteorit ini adalah meteorit besi terbesar kedua," kata Baolin Zang, spesialis meteorit dari Beijing Planetarium.

Terjemahan ke inggris: Stones found in the Altai Mountains, Xinjiang Province, it is ameteorite that has a lot of nickel content (known as ironmeteorites).

"Perhaps this meteorite is the second largest iron meteorite," saidZang Baolin, a meteorite specialist from Beijing Planetarium 

Meteorit yang terbesar saat ini ditemukan di Namibia, seberat lebih kurang 60 ton. Zhang mengestimasi, massa meteorit Xinjiang berada pada kisaran antara 25-30 ton.

Meteorit raksasa menonjol keluar dari lempengan granit yang lebih besar. Bagian yang terletak di atas tanah memiliki panjang 2,3 meter dengan lebar separuh panjangnya.

Zhang dalam wawancaranya dengan China Central Television menyebutkan bahwa meteorit berasal dari luar tata surya.

Pada awal bulan ini, Baolin Zhang, seorang peneliti ahli bidang meteorit di Planetarium Beijing, telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki laporan meteor tersebut.

Tim naik ke ketinggian puncak 9.500 kaki (2.900 meter), dan mulai mengidentifikasi batu bintang besar dengan warna kecoklatan ini.
Terjemahan: Currently the largest meteorite found in Namibia, weighingapproximately 60 tons. Zhang estimates, the mass of the meteorite Xinjiang in the range between 25-30 tons.

Giant meteorite slab granite jutting out from the larger. Sectionlocated on the ground has a length of 2.3 meters in width half thelength.

Zhang in an interview with China Central Television said that themeteorite came from outside the solar system.

Earlier this month, Zhang Baolin, a meteorite expert researchersin the field of Beijing Planetarium, has formed a special team toinvestigate reports that a meteor.

The team rose to the peak height of 9500 feet (2900 meters),and begin to identify major rock star with this brownish color.

Menurut Meenakshi Wadhwa dari Center for Meteorite Studies Arizona State University, sebagian besar meteorit terbentuk 4 miliar tahun lalu, ketika tata surya terbentuk, "Temuan ini potensial untuk memberikan data terkait sejarah pembentukan tata surya."

TerjemahanAccording to Meenakshi Wadhwa of the Center for MeteoriteStudies, Arizona State University, most meteorites formed 4 billion years ago, when the solar system formed, "These findingsprovide data related to the potential for the formation of solar system history."

NASA Temukan 'Manusia Salju' di Asteroid

http://static.inilah.com/data/berita/foto/1761704.jpg


Gambar dari dekat asteroid masif Vesta yang diambil satelit Dawn baru-baru ini mengungkap banyak hal. Termasuk, trio yang dijuluki ‘manusia salju’.
Selain itu, gambar tersebut mengungkap belahan utara asteroid itu banyak terdapat kawah dan belahan selatan memiliki permukaan lebih halus.
Saat menemukan ‘manusia salju’ tersebut, para ilmuwan mengaku belum pernah melihatnya seperti dikutip Dailymail.
Kepala ilmuwan Christopher Russell dari University of California, Los Angeles, mengatakan, “Kami mendapat beragam variasi permukaan."
Dawn sendiri telah mengorbit badan batu itu bulan lalu dan kini mulai mengirim gambar-gambar menakjubkan itu.
Gambar ini juga menjadi bukti pertama Vesta dilihat dari dekat. Sejauh ini, asteroid itu hanya diambil gambarnya dari jauh. Sejak memasuki orbit asteroid, Dawn telah mengirim lebih dari 500 gambar sementara berupaya terus mendapat posisi lebih dekat lagi.
Pekan depan, satelit ini akan mencapai posisi 2.736 km dari permukaan asteroid dan akan mencapai jarak 117 km setahun kemudian. Proyek US$466 juta (Rp3,8 triliun) ini telah lama berjalan sejak sebelum Amerika Serikat (AS) memutuskan mengirim astronot ke asteroid pada 2025.
Setelah setahun, Dawn akan berpindah ke Ceres dan sampai di sana pada 2015. 

sumber:http://teknologi.inilah.com/read/detail/1761704/nasa-temukan-manusia-salju-di-asteroid

METEOR Jatuh di LATVIA










Curiosity Rover, Kendaraan Penjelajah Planet Mars

Vertical Zone - Kendaraan penjelajah Planet Mars paling canggih, Curiosity, yang merupakan bagian dari Laboratorium Sains Mars akan diluncurkan Sabtu (26/11/2011) mendatang. Kendaraan senilai 2,5 miliar dollar AS yang dilengkapi dengan enam ban, kamera video, bor, penyorot sinar laser, serta peralatan lain yang mendukung untuk penelitian batuan dan tanah itu akan diluncurkan dengan roket Atlas V dari Cape Canaveral Florida, AS.

Ada yang unik dari kendaraan Mars yang diluncurkan Sabtu ini. Tak seperti kendaraan Mars sebelumnya, Spirit dan Opportunity. Curiosity tidak dipersenjatai panel surya untuk memasok daya bagi geraknya, tetapi menggunakan tenaga nuklir. Hal ini, sesuai publikasi Digital Journal, Selasa (22/11/2011), membuat kendaraan ini bisa dioperasikan dalam jangka waktu lebih lama serta mengoperasikan peralatan 10 kali lebih banyak dari kendaraan lainnya.
Tepatnya, daya kendaraan terbaru Mars itu akan diperoleh dari Plutonium (Pu-238). Plutonium akan meluruh, menghasilkan energi yang diperlukan oleh setiap peralatan yang dibawa. Penggunaan Plutonium juga memiliki kelebihan karena kendaraan antariksa ini tidak lagi bergantung pada sinar Matahari. Siang ataupun malam, energi bisa dihasilkan dan perlatan bisa digunakan.

Untuk memastikan keamanan penggunaan Plutonium yang merupakan bahan radioaktif, Laboratorium Nasional Idaho di Amerika Serikat telah mendesain lapisan pelindung bahan bakar itu sesempurna mungkin. Tes keamanan telah dilakukan secara ekstensif dan laboratoroium itu menyatakan bahwa generatorr nuklir bisa digunakan hingga 26 kali misi jika dikehendaki.


Beberapa pihak memang menentang penggunaan Plutonium. Namun, sesuai publikasi Wired, Selasa, perekayasa memperkirakan bahwa kemungkinan kecelakaan hanya 1 banding 400. Dan jika hal itu terjadi, paparan radiasinya pun tidak akan melebihi jumlah radiasi yang diterima manusia dari alam. Bahan bakar akan diisi pada kendaraan pada tahap akhir sebelum peluncuran.


Setelah diluncurkan, kendaraan ini akan mengarungi angkasa selama 8,5 bulan untuk menuju planet merah. Direncanakan, kendaraan tersebut akan mendarat di wilayah berjarak 5 km dari Kawah Gale pada Agustus 2012 mendatang. Peluncuran Sabtu ini memang menegangkan, namun sebenarnya yang lebih menegangkan adalah pendaratannya tahun depan karena Mars tak memiliki atmosfer seperti Bumi yang bisa berfungsi bak parasut. Salah satu tujuan misi ini adalah meneliti jejak kehidupan atau keberadaan mikroba di Mars.


Misteri Yang di temukan di Planet Mars

Planet Mars
VeticalZone - Mars dikenal sebagai "bintang api" oleh astronom kuno China. Peneliti masa kini sering menyebutnya sebagai planet merah.

Meskipun puluhan wahana ruang angkasa telah dikirimkan ke Mars, masih banyak hal yang menjadi teka-teki dan memunculkan pertanyaan mengenai planet tersebut. Inilah beberapa misteri Planet Mars yang menarik disimak, seiring dengan rencana NASA meluncurkan wahananya, Mars Science Laboratory Curiosity, ke sana pada 25 November mendatang.

  • Para peneliti sejak lama bertanya-tanya mengapa dua sisi Planet Mars memiliki perbedaan yang mencolok? Belahan utara Mars bisa dikatakan datar dan berupa dataran rendah, bahkan termasuk salah satu permukaan paling datar, paling halus di tata surya. Kondisi itu barangkali terbentuk oleh air yang diduga pernah mengalir di permukaan planet merah.

Sementara itu, kebalikannya, belahan selatan Mars memiliki permukaan yang terjal, berkawah, dan sekitar 4 km hingga 8 km lebih tinggi dibanding belahan utara. Bukti-bukti terkini memunculkan perkiraan bahwa perbedaan antara sisi utara dan selatan Mars itu diakibatkan oleh batu raksasa dari ruang angkasa yang menghantam Mars pada masa lalu.

  • Metana—molekul organik paling sederhana—pertama kali ditemukan di atmosfer Mars oleh wahana Mars Express milik Badan Antariksa Eropa pada tahun 2003. Di Bumi, sebagian besar gas metana di atmosfer dihasilkan oleh makhluk hidup. Gas metana diduga sudah ada di atmosfer Mars sejak 300 tahun lalu. Artinya, apa pun sumbernya, keberadaan gas tersebut belum lama.

Meski begitu, gas metana bisa juga muncul di luar kehidupan, seperti misalnya dari aktivitas vulkanik. Wahana ExoMars milik ESA yang akan diluncurkan pada 2016 bakal meneliti komposisi kimia atmosfer Mars dan mempelajari keberadaan metana di sana.


Citra yang memperlihatkan garis-garis yang diyakini kuat bukti aliran air di tepian-tepian cekungan di Planet Mars.


Wahana pertama yang berhasil mendarat di Mars, Viking 1 milik NASA, memunculkan teka-teki yang masih misterius saat ini: Adakah bukti kehidupan di Mars? Viking adalah wahana yang secara khusus ditugaskan untuk mencari kehidupan di Mars, dan apa yang ditemukan masih menjadi perdebatan hingga hari ini. Wahana itu telah menemukan adanya molekul organik seperti metil klorida dan dichloromethane. Walau demikian, senyawa-senyawa itu bisa jadi merupakan kontaminasi dari Bumi yang terbawa saat wahana bersiap meluncur di Bumi.
Permukaan Mars sendiri sangat tidak bersahabat bagi makhluk hidup dalam hal suhu yang sangat rendah, radiasi, kondisi kering, dan faktor-faktor lain. Walau begitu, ada makhluk-makhluk hidup yang bisa bertahan di lingkungan ekstrem di Bumi, seperti di Lembah Kering Antartika yang dingin dan kering, atau wilayah amat kering di Gurun Atacama di Cile.

Secara teori, selalu ada kehidupan, seperti ada air dalam bentuk cair di Bumi. Kemungkinan pernah adanya lautan di Mars memunculkan pertanyaan apakah pernah ada kehidupan di sana. Bila ada, apakah sampai saat ini makhluk-makhluk hidup itu tetap eksis? Jawaban atas pertanyaan itu mungkin membantu memberikan sedikit pencerahan terhadap pertanyaan seberapa umumkah kehidupan di jagat raya.

Training in Planet Mars

Meteorit yang ditemukan di Antartika dan berasal dari Mars—terlempar dari planet merah akibat tabrakan kosmis—memiliki struktur serupa dengan batuan yang dihasilkan mikroba di Bumi. Meski penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa struktur itu terbentuk karena proses kimia dan bukan biologi, perdebatan mengenai Mars sebagai asal-usul kehidupan di Bumi masih berlanjut. Beberapa orang masih memegang teori bahwa kehidupan di Bumi berasal dari Mars, dan terbawa ke Bumi bersama meteorit.
Kawah Rabe yang berwarna biru di Planet Merah. 


Kawah Eberswalde di Mars (lingkaran di kanan) dahulu diduga sebagai danau yang berisi air. Di sebelah kiri adalah Kawah Holden yang lebih besar.

Banyak misi ke Mars menemukan bukti-bukti bahwa planet tersebut pernah memiliki kondisi cukup hangat sehingga air tidak membeku dan bisa mengalir di permukaannya. Bukti-bukti itu antara lain berupa wilayah yang seperti bekas lautan, jaringan-jaringan lembah, delta-delta sungai, dan sisa-sisa mineral yang seolah terbentuk oleh air.
Meski begitu, pemodelan iklim Mars belum bisa menjelaskan bagaimana temperatur hangat itu bisa terjadi, mengingat cahaya Matahari jauh lebih lemah dahulu. Ada dugaan, bentuk-bentuk di atas terbentuk bukan oleh air, melainkan oleh angin atau mekanisme lain. Namun masih tetap ada bukti bahwa Mars pernah cukup hangat untuk mendukung keberadaan air dalam bentuk cair, setidaknya di satu tempat di permukaannya
Ditemukan Danau Di Mars
Meski sebagian besar bukti menunjukkan bahwa air pernah mengalir di permukaan Mars, masih menjadi teka-teki apakah masih ada air yang mengalir di permukaan planet tersebut saat ini. Tekanan atmosfer Mars terlalu rendah, sekitar satu per seratus tekanan di Bumi sehingga air sulit berada di permukaannya. Namun ada jalur gelap dan sempit di lereng-lereng Mars yang memunculkan dugaan bahwa ada air yang mengalir tiap musim semi.
Ditemukan ada tanda kehidupan di Mars
Untuk menjawab apakah kehidupan pernah ada atau masih ada di Mars, barangkali manusia perlu pergi ke sana dan mencarinya sendiri.

Pada tahun 1969, NASA pernah merencanakan misi berawak ke Mars pada tahun 1981 dan membangun stasiun permanen di sana tahun 1988. Namun perjalanan antarplanet itu ternyata menghadapi tantangan ilmiah dan teknologi yang tidak kecil.

Para ilmuwan harus mengatasi berbagai masalah perjalanan antarplanet, seperti makanan, air, oksigen, efek gravitasi mikro, kemungkinan radiasi yang berbahaya, dan kenyataan bahwa astronot yang pergi ke sana akan berada jutaan kilometer dari Bumi sehingga tidak mudah untuk mendapat bantuan bila terjadi sesuatu.
Selain itu, mendarat, bekerja, dan hidup di planet lain lalu kembali ke Bumi bukan perkara mudah.


Meski begitu, banyak peneliti yang ingin melakukan misi itu. Tahun ini, enam sukarelawan hidup terisolasi seolah sedang berada dalam wahana ruang angkasa selama 520 hari dalam proyek yang disebut Mars500. Simulasi penerbangan ruang angkasa terlama ini bertujuan untuk meniru perjalanan ke Mars.

Banyak sukarelawan bahkan bersedia diterbangkan ke Mars meski kemungkinan tidak bisa kembali. Berbagai rencana juga dibuat, misalnya dengan mengirimkan mikroba pemakan batu terlebih dahulu, sebelum manusia didatangkan. Teka-teki mengenai apakah manusia akan pernah menjejakkan kaki ke Mars memang masih tergantung pada alasan, mengapa kita harus mencoba menjelajahi planet merah itu.

Kota Di Indonesia Dengan Koleksi Cewek Cantik Terbanyak [with PIC]

  • Manado
Semua orang juga tau, kalo orang Manado putih mulus, dan body yg menawan, berisi, seksi kayak orang2 Fillipina. 

  •  Aceh

Kebanyakan wanita Aceh berwajah pepaduan Melayu dan Timur Tengah, menghasilkan kulit kuning langsat dan hidung mancung, bahkan di Aceh ada banyak keturunan Portugis dan Spanyol, bermata biru, biasa disebut Si Mata Biru Dari Aceh (Keturunan dari tentara Islam Kerajaan Islam Cordoba di Eropa yang mengungsi karena Runtuhnya Kekhalifahan Islam) 

  •  Semarang

Kebanyakan cewek cantik di kota ini keturunan Chinese, perpaduan oksotik wanita Jawa dan kecantikan Asia Timur

  •  Solo

Bukan rahasia umum, wanita solo terkenal dengan senyumnya yang manis, tutur bahasa yang halus. 

  •  Malang

Wanita Jawa berkulit putih, pintar bergaul, dan senyuman yang manis. 

  •  Banjarmasin

Suku Banjar, biasanya disertai dengan tubuh aduhai, berkulit putih, wajah baby face dan keramahan khas Melayu. 

  •  Padang


  •  Lampung


  •  SAMARINDA


  •  Makassar


  •  Palembang


  •  Riau


  •  Jakarta

Ga ada habisnya kita liat cewek cantik kalo kesini, apalagi kalo kita jalan ke mall, siap2 cuci mata. Wanita2 yang pintar, cerdas, dan fashionable. 


  •  Medan


  •  Bandung

Ini dia, kota yang menurut sebagian besar pemilih mempunyai populasi cewek yang cantik2. Perpaduan kulit mulus, body bagus, wajah yang rata2 "baby face", senyum menawan, murah senyum dan tutur kata yang halus

  •  Jogjakarta



  •  Belitung


  •  Surabaya


  •  Denpasar

Perpaduan kecantikan khas Indonesia dan kecerdasan, wanita Bali bukan wanita yg mudah untuk ditakhlukan hatinya.

NASA's Kepler Mission Confirms Its First Planet in Habitable Zone of Sun-like Star

This artist's conception illustrates Kepler-22b, a planet known to comfortably circle in the habitable zone of a sun-like star. Image credit: NASA/Ames/JPL-Caltech
NASA's Kepler mission has confirmed its first planet in the "habitable zone," the region where liquid water could exist on a planet’s surface. Kepler also has discovered more than 1,000 new planet candidates, nearly doubling its previously known count. Ten of these candidates are near-Earth-size and orbit in the habitable zone of their host star. Candidates require follow-up observations to verify they are actual planets.

The newly confirmed planet, Kepler-22b, is the smallest yet found to orbit in the middle of the habitable zone of a star similar to our sun. The planet is about 2.4 times the radius of Earth. Scientists don't yet know if Kepler-22b has a predominantly rocky, gaseous or liquid composition, but its discovery is a step closer to finding Earth-like planets.

Previous research hinted at the existence of near-Earth-size planets in habitable zones, but clear confirmation proved elusive. Two other small planets orbiting stars smaller and cooler than our sun recently were confirmed on the very edges of the habitable zone, with orbits more closely resembling those of Venus and Mars.

"This is a major milestone on the road to finding Earth's twin," said Douglas Hudgins, Kepler program scientist at NASA Headquarters in Washington. "Kepler's results continue to demonstrate the importance of NASA's science missions, which aim to answer some of the biggest questions about our place in the universe."

Kepler discovers planets and planet candidates by measuring dips in the brightness of more than 150,000 stars to search for planets that cross in front, or "transit," the stars. Kepler requires at least three transits to verify a signal as a planet.

Kepler-22b -- Comfortably Circling within the Habitable Zone



"Fortune smiled upon us with the detection of this planet," said William Borucki, Kepler principal investigator at NASA Ames Research Center at Moffett Field, Calif., who led the team that discovered Kepler-22b. "The first transit was captured just three days after we declared the spacecraft operationally ready. We witnessed the defining third transit over the 2010 holiday season."

The Kepler science team uses ground-based telescopes and the Spitzer Space Telescope to review observations on planet candidates the spacecraft finds. The star field that Kepler observes in the constellations Cygnus and Lyra can only be seen from ground-based observatories in spring through early fall. The data from these other observations help determine which candidates can be validated as planets.

Kepler-22b is located 600 light-years away. While the planet is larger than Earth, its orbit of 290 days around a sun-like star resembles that of our world. The planet's host star belongs to the same class as our sun, called G-type, although it is slightly smaller and cooler.

Of the 54 habitable zone planet candidates reported in February 2011, Kepler-22b is the first to be confirmed. This milestone will be published in The Astrophysical Journal.

The Kepler team is hosting its inaugural science conference at Ames Dec. 5-9, announcing 1,094 new planet candidate discoveries. Since the last catalog was released in February, the number of planet candidates identified by Kepler has increased by 89 percent and now totals 2,326. Of these, 207 are approximately Earth-size, 680 are super Earth-size, 1,181 are Neptune-size, 203 are Jupiter-size and 55 are larger than Jupiter.

The findings, based on observations conducted May 2009 to September 2010, show a dramatic increase in the numbers of smaller-size planet candidates.

Kepler observed many large planets in small orbits early in its mission, which were reflected in the February data release. Having had more time to observe three transits of planets with longer orbital periods, the new data suggest that planets one to four times the size of Earth may be abundant in the galaxy.

The number of Earth-size and super Earth-size candidates has increased by more than 200 and 140 percent since February, respectively.

There are 48 planet candidates in their star's habitable zone. While this is a decrease from the 54 reported in February, the Kepler team has applied a stricter definition of what constitutes a habitable zone in the new catalog, to account for the warming effect of atmospheres, which would move the zone away from the star, out to longer orbital periods.

"The tremendous growth in the number of Earth-size candidates tells us that we're honing in on the planets Kepler was designed to detect: those that are not only Earth-size, but also are potentially habitable," said Natalie Batalha, Kepler deputy science team lead at San Jose State University in San Jose, Calif. "The more data we collect, the keener our eye for finding the smallest planets out at longer orbital periods."

NASA's Ames Research Center manages Kepler's ground system development, mission operations and science data analysis. NASA's Jet Propulsion Laboratory in Pasadena, Calif., managed Kepler mission development.

Ball Aerospace and Technologies Corp. in Boulder, Colo., developed the Kepler flight system and supports mission operations with the Laboratory for Atmospheric and Space Physics at the University of Colorado in Boulder.

The Space Telescope Science Institute in Baltimore archives, hosts and distributes the Kepler science data. Kepler is NASA's 10th Discovery Mission and is funded by NASA's Science Mission Directorate at the agency's headquarters.

Sumber: http://www.nasa.gov/mission_pages/kepler/news/kepscicon-briefing.html